Terungkapnya Filosofi Kepemimpinan Unik Sutradara Park Chan-wook: Ketenangan yang Membangun Rasa Hormat

Article Image

Terungkapnya Filosofi Kepemimpinan Unik Sutradara Park Chan-wook: Ketenangan yang Membangun Rasa Hormat

Yerin Han · 9 Oktober 2025 pukul 0.17

Sebuah dokumenter SBS berjudul 'NEW OLD BOY Park Chan-wook' tayang perdana pada 8 Februari, mengungkap gaya kepemimpinan sutradara ternama Korea Selatan dan alasan di balik ketenangannya yang legendaris.

Acara yang mencatat rating tinggi di episode perdananya ini menampilkan kesaksian dari para bintang ternama seperti Lee Byung-hun dan Lee Young-ae, yang berbagi pengalaman mereka bekerja sama dengan sang sutradara.

Park, yang kini menjadi maestro perfilman, pernah melalui masa-masa sulit dengan serangkaian kegagalan film dan kesulitan finansial. Namun, ia tak pernah berhenti menulis naskah. Sutradara Lee Moo-young berpendapat bahwa 'ketahanan' Park dalam menyelesaikan ceritanya adalah kunci kesuksesannya saat ini, melebihi ide-ide cemerlangnya.

Dengan 'Joint Security Area (JSA)', Park Chan-wook merevolusi perfilman Korea dengan narasi yang berani dan penggunaan storyboard lengkap yang inovatif, mendahului zamannya. Ia menerima saran dari pihak produksi untuk menggunakan storyboard lengkap, serupa dengan praktik Hollywood, dan menemukan bahwa hal itu memberinya rasa 'kolaborasi' dalam proses pembuatan film.

Setelah kesuksesan 'JSA', Park menghadapi kegagalan besar dengan 'Sympathy for Mr. Vengeance'. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya, menyatakan, "Pada akhirnya, yang terpenting adalah apakah saya membuat film yang memenuhi standar saya sendiri". Keteguhan hati ini, yang berfokus pada kriteria artistiknya sendiri, memungkinkannya untuk mengatasi kritik dan kurangnya kesuksesan komersial. Keinginannya untuk mempertahankan visinya hampir menggagalkan produksi 'Oldboy' karena temanya yang kontroversial, tetapi akhirnya mengarah pada penciptaan sebuah mahakarya.

Para aktor seperti Lee Byung-hun menggambarkannya sebagai "sarjana" (seonbi), sementara Lee Young-ae memujinya sebagai "gentleman dunia perfilman" berkat kesopanannya. Aktor Song Kang-ho mengenang dengan geli bahwa dalam situasi sulit, Park sering berkata "Bagaimana ini?", dan Park Jung-min menyoroti kepemimpinannya yang "ideal" dengan "menunggu dengan tenang". Bahkan Tang Wei bercanda bertanya kapan sutradara itu "akan runtuh".

Alasan utama di balik ketenangannya berakar pada masa awal syuting. Seorang direktur pencahayaan, Im Jae-young, pernah memegang lengan Park saat ia hampir meledak karena marah dan berkata, "Jika sutradara marah, staf akan kehilangan rasa hormat padanya." Pernyataan sederhana namun mendalam ini mengubah perspektif Park selamanya. Ia merenung, "Apakah seorang pemimpin yang berteriak dan bereaksi secara emosional akan menginspirasi timnya untuk memberikan yang terbaik?" Pertanyaan ini mengungkap pemahaman mendalam tentang esensi kepemimpinan, lebih dari sekadar manajemen amarah.

Filosofi kreatifnya jelas: "Harus berbeda dari film orang lain, dan juga berbeda dari film saya sendiri". Park Chan-wook, yang menerima tepuk tangan meriah selama sembilan menit di Festival Film Venesia untuk film barunya 'Wonderland' (judul sementara), berkomitmen pada pembaruan diri dan penciptaan dunia artistik yang unik. Pendekatannya tidak hanya menentukan kesuksesan sinematiknya, tetapi juga integritasnya sebagai individu dan pemimpin.

Sementara episode pertama 'NEW OLD BOY Park Chan-wook' berfokus pada perilakunya sebagai pemimpin, episode kedua, yang akan ditayangkan pada 9 Februari, akan menyelami lebih dalam psikologinya. Episode ini akan mengungkap bagaimana "Bapak Chan-wook", yang pernah ragu untuk mengejar karir di bidang perfilman karena kepribadiannya yang introvert, menjadi raksasa perfilman yang mengguncang dunia. Episode ini berjudul "Pilihan Bapak Chan-wook yang Introvert Mengubah Dunia" dan akan tayang pada Kamis, 9 Februari, pukul 22:20 KST.

Netizen Korea memuji filosofi kepemimpinan sutradara Park Chan-wook, dengan komentar seperti "Ternyata sutradara besar memang punya kebijaksanaan seperti ini" dan "Pemimpin yang tidak marah itu sungguh karismatik". Banyak juga yang mengagumi kemampuannya untuk tetap berpegang pada standar artistik pribadinya, menganggapnya sebagai panutan "master" sejati.