Kisah Inspiratif Aktor Heo Seong-tae dan Chef Edward Lee dalam "Kim Ju-ha's Day & Night" Banjir Pujian

Article Image

Kisah Inspiratif Aktor Heo Seong-tae dan Chef Edward Lee dalam "Kim Ju-ha's Day & Night" Banjir Pujian

Doyoon Jang · 14 Desember 2025 pukul 10.15

Aktor Heo Seong-tae dan Chef ternama Edward Lee baru-baru ini mencuri perhatian pemirsa dalam program "Kim Ju-ha's Day & Night" di MBN. Keduanya berbagi kisah perjuangan hidup yang penuh inspirasi dan mendapatkan banyak simpati.

Dalam episode keempat yang tayang pada 13 Mei, pembawa acara Kim Ju-ha, Moon Se-yoon, dan Jo Jae-zz tampil dalam segmen khusus "Kami Datang untuk Wawancara!".

Segmen pertama menghadirkan Heo Seong-tae. Sang aktor, yang dikenal lewat peran-peran karismatiknya, mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa sebelum debut sebagai aktor di usia 35 tahun, ia pernah bekerja di perusahaan besar sebagai staf penjualan internasional yang menangani urusan Rusia, setelah lulus kuliah jurusan Sastra Rusia.

Dalam percakapan hangat bersama Kim Ju-ha di sebuah restoran Rusia di Dongdaemun, Heo Seong-tae berbagi tentang kompleksitas hidupnya. Berbeda dengan citra sangarnya di layar kaca, ia mengaku sebagai pribadi introvert (MBTI tipe 'I') dan mengungkapkan rasa tidak percaya diri akibat cedera gigi di masa kecil yang memengaruhi penampilannya. Hal ini membuatnya merasa profesi aktor adalah sesuatu yang mustahil baginya.

"Hidup saya berubah berkat program audisi," tutur Heo Seong-tae, yang termotivasi mendaftar setelah tak sengaja melihat tayangan audisi di televisi. Ia menunjukkan sisi menggemaskannya saat tertawa melihat cara Kim Ju-ha makan daging, bahkan berseru "Bagus! Kakak!". Ia juga merendah bahwa peran antagonis yang membesarkan namanya adalah sebuah "keberuntungan" baginya.

Meskipun kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mengejar mimpi di usia matang, ia mengingatkan bahwa jalan itu tidaklah mudah. Ia bercerita penuh semangat tentang film pertamanya sebagai pemeran utama, "The Informant", yang awalnya sempat ia tolak namun akhirnya ia terima dengan keyakinan penuh. Kim Ju-ha pun turut memberikan dukungan dengan hadir di pemutaran perdana VIP.

Selanjutnya, tim berpindah ke sebuah teater di Hongdae untuk bertemu dengan Chef Edward Lee. Kim Ju-ha mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada Lee, menganggapnya sebagai salah satu "penyelamat" program karena kesediaannya bergabung sejak awal. Lee membalas dengan emosional, mengatakan bahwa keputusannya didasari "karena Anda (Ju-ha)".

Edward Lee, yang akan menjadi kepala koki dalam acara makan malam KTT APEC 2025 di Gyeongju, menyebut tawaran tersebut sebagai "sesuatu yang harus saya lakukan". Ia menjelaskan bahwa tujuannya adalah "menampilkan dua sisi dari masakan Korea". Ia merinci persiapan "Caramel Doenjang dengan Injeolmi" yang mendapat banyak perhatian, bahkan ia memesan kotak kerang mutiara khusus untuk penyajiannya. Untuk "Salad Kepiting", ia menggunakan minyak dekoratif yang terbuat dari bubuk cabai, rumput laut, dan daun perilla untuk menonjolkan "rasa gurih" masakan Korea.

Mengenang perannya sebagai koki di jamuan kenegaraan Gedung Putih dua tahun lalu, Lee berbagi pengalaman berharga dalam memilih menu bersama Ibu Negara dan memperkenalkan bahan-bahan Korea kepada para pemimpin dunia.

Selain kiprahnya di dunia kuliner, Lee juga seorang aktivis sosial. Ia menjelaskan tujuan "The Lee Initiative", sebuah organisasi nirlaba yang ia dirikan untuk mendukung para chef perempuan.

Mengejutkan, Lee mengungkapkan bahwa ia awalnya lulus dari Universitas New York dengan gelar Sastra Inggris, mengikuti keinginan orang tuanya, sebelum akhirnya mengejar gairah sejatinya di dunia kuliner. Meskipun restorannya meraih kesuksesan besar dan diliput New York Times, ia mengalami masa-masa penuh kesedihan dan depresi setelah kehilangan teman-teman dalam tragedi 11 September.

Ia menemukan ketenangan dan awal baru di Kentucky, tempat yang tidak memiliki koneksi baginya, di mana ia memulai kembali karier kuliner dan bertemu istrinya. Ia berbagi pelajaran hidup yang menyentuh: "Bahkan ketika tragedi besar datang, kita harus terus maju. Sesuatu yang baik akan datang pada akhirnya."

Lee mengaitkan transformasinya pada tiga wanita: neneknya, istrinya, dan putrinya. Neneknya mengajarinya "rasa rumahan Korea" melalui hidangan seperti kimchi dan doenjang di tahun 1970-an. Ia menggambarkan istrinya, Diane, sebagai "segala-galanya baginya".

Ia menceritakan anekdot menyentuh tentang bagaimana ia memikat hati Diane, yang lima tahun lebih tua darinya, di Kentucky dengan "rayuan sambil mengajar masak", dan bagaimana ia adalah ayah yang penyayang bagi putrinya, Aden. Pertanyaan tak terduga mengenai rasa masakan istrinya sempat membuatnya terdiam sesaat, menimbulkan tawa.

Terakhir, Lee berbicara tentang keinginannya untuk membalas kebaikan Korea, menyebutkan proyek terbarunya yang menyajikan seribu porsi galbi jjim (iga sapi masak kecap) untuk para lansia bersama "Korea Legacy Committee". Ia menutup dengan berkata, "Mampu menceritakan kisah melalui makanan adalah hal yang sangat indah bagi saya", meninggalkan kesan mendalam bagi pemirsa.

Netizen Korea membanjiri kolom komentar dengan pujian untuk Heo Seong-tae, "Dia adalah bukti bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar mimpi!" dan "Kisah yang sangat menginspirasi!". Banyak juga yang mengagumi Chef Edward Lee, dengan komentar seperti "Seorang chef dengan visi dan hati" dan "Kebanggaan sejati kuliner Korea".

#Heo Seong-tae #Edward Lee #Kim Ju-ha's Day & Night #The Informant