
Aktor 'Tak Bisa Dielakkan' Ungkap Proses Sutradara Park Chan-wook yang Menuntut
Para aktor film terbaru sutradara ternama Park Chan-wook, 'Tak Bisa Dielakkan', mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi di bawah arahan sang sutradara yang sangat detail dan menuntut.
Dalam sebuah video yang diunggah pada 12 Juli di kanal YouTube 'Channel Fifteen Nights', Park Chan-wook membeberkan cerita di balik pemilihan judul 'Tak Bisa Dielakkan'. Ia menjelaskan bagaimana ia membatalkan judul asli novel berbahasa Inggris, 'The Axe', dan ide judulnya sendiri dalam bahasa Korea, 'Mokaji' (Leher), karena potensi kesalahpahaman. Tuntutannya kepada para aktor meluas hingga ke pengucapan, menuntut perhatian yang cermat pada vokal pendek dan panjang, serta intonasi.
Lee Byung-hun menggambarkan gaya penyutradaraan Park sebagai verbal, bukan demonstratif, dan menyoroti kesulitan luar biasa dari permintaan tersebut. Son Ye-jin, yang bekerja dengan Park untuk pertama kalinya, mengaku merasa bingung dengan banyaknya pengambilan gambar yang diperlukan untuk menyempurnakan detail pengucapan, sebuah tantangan yang sebelumnya juga disebutkan oleh Kang Dong-won. Para aktor bahkan menggunakan rekaman di ponsel mereka untuk menyempurnakan penampilan mereka setelah syuting selesai.
Dengan demikian, 'Tak Bisa Dielakkan' menjadi sebuah karya yang menonjolkan perfeksionisme khas Park Chan-wook, meninggalkan kesan mendalam pada para aktor yang terlibat.
Park Chan-wook adalah seorang sutradara film Korea Selatan yang sangat dihormati, dikenal karena gaya visualnya yang khas dan tema-tema gelap serta kompleks dalam karyanya. Film-filmnya, termasuk 'Oldboy' dan 'The Handmaiden', telah memenangkan banyak penghargaan internasional dan mendapat pujian kritis di seluruh dunia. Ia sering mengeksplorasi tema-tema seperti balas dendam, obsesi, dan moralitas.